Tangis Haru Pecah saat Bocah Penghafal Al-Quran Dimakamkan, Baim Hilang Kesadaran Sejak Semalam
Isak tangis pecah saat jenazah bocah penghafal Al-Quran dimakamkan.
Muhammad Ibrahim Wafiq, bocah peghafal Al-Quran itu meninggal dunia pada Rabu (30/9/2020) setelah menjalani perawatan di rumah sakit.
Baim menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta sekira pukul 02.30 WIB.
Jenazah Baim dibawa dari RSPAD Gatot Soebroto ke rumah duka di Jalan Raya Seroja, Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi.
Pelayat banyak berdatangan untuk mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya bocah penghafal Al-Quran tersebut.
Sekira pukul 11.30 WIB, pihak keluarga dan tetangga sekitar membawa keranda berisi jenazah Baim ke musala dekat kediman untuk belangsung proses salat jenazah.
Lantunan doa berkumandang untuk mengiringi kepergian Baim menuju tempat peristirahatan terakhirnya.
Setelah prosesi salat jenazah, pihak keluarga selanjutnya membawa Baim ke pemakaman keluarga tidak jauh dari rumah duka.
Isak tangis langsung pecah ketika jenazah Baim mulai dikebumikan.
Terlebih kedua orangtua Fajar Primandina Hasan (34) dan Ika Meinawati (35).
Tangis haru tak bisa dibendung dari wajah kedua orangtua ketika melepas kepergian putra pertamanya tersebut.
Ika sang Ibu mengatakan, Baim mulai mengalami kritis sejak semalam dan kondisinya terus memburuk hingga dini hari.
"Kondisinya langsung drop mendadak, dua jam setengah 12 sekitar jam 2 (dini hari) sudah meninggal," kata Ika dikutip TribunnewsBogor.com dari Tribun Jakarta.
Tanda-tanda Baim mengalami kritis terlihat dari pernafasannya yang mulai tidak stabil, lalu ia mulai tidak sadarkan diri.
"Pernafasannya udah naik turun, lama-lama jantung dan kesadarannya menurun," terang Ika saat dijumpai di rumah duka. Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi saat menjenguk Baim di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Kamis, (24/9/2020) kemarin. (ISTIMEWA/Dokumentasi Pemkot Bekasi)
Ika sang ibu mengatakan, putranya selama ini mengidap penyakit tumor ganas berdasarkan hasil diagnosa pihak rumah sakit.
"Diagnosa rumah sakit tumor wilms atau tumor ginjal, lalu kemoterapi sesuai hasil diagnosa tetapi perubahan hanya di benjolan pinggang sebelah kiri," kata Ika.
Sakit yang diderita Baim mulai dirasakan sejak Mei 2020 lalu, saat itu pihak keluarga langsung membawa bocah 10 tahun ke rumah sakit dan terus menjalani perawatan hingga akhir hanyatnya.
"Kemo pertama bejolan hanya yang dipinggang terus jalan sampai empat kali kemo enggak ada perubahan," ungkap Ika.
Kondisi kesehatan Baim kian memburuk, pihak rumah sakit kembali melakukan uji laboratorium terhadap bejolan baru yang muncul di bagian bawah perut.
"Dokter di sana inisiatif periksa lab, itu keluar dua minggu ternyata ada tumor jenis lain, jadi nggak cuma satu, tumor itu dibilang langka dan sangat ganas," tuturnya.
Tumor baru yang muncul di bagian perut Baim bernama tumor PNET, penyakit ini membuat kondisi fisiknya
kian memburuk.
"Tumor kedua namanya tumor PNET, tumornya jenis primitif itu sangat ganas kalau diusia kaya baim 10
tahun," ucap Ika.
"Posisinya ada di perut di bawah pusar dekat ulu hati, jadi dia makim lama makin besar bikin Baim sasak
nafas, awalnya itu sampai dia bertahan, sampai dia meninggal," kata Ika.
Di RSPAD Gatot Subroto, Baim mulai menjalani perawatan sejak Akhir Mei 2020 setelah dirujuk dari Rumah
Sakit Awal Bros Bekasi.
Belajar Al-Quran Sejak TK
Guru ngaji Baim, Umar mengatkana, sakit yang diderita Baim membuat aktivitasnya di Rumah Quran Az-Zahra terhenti.
Bocah yang memiliki cit-cita menjadi penghafal Al-Quran itu terpaksa harus menjalani perawatan serius di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.
"Kurang lebih tiga atau empat bulan terakhir (sudah tidak mengaji di Rumah Quran Az-Zahra), awal awal pandemilah ya kira-kira," terang Umar. Baim di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Kamis, (24/9/2020). (ISTIMEWA/Dokumentasi Pemkot Bekasi)
Adapun Baim menekuni ilmu menghafal Al-Quran sejak kurang lebih empat tahun terkahir.
Kegiatannya di Rumah Quran Az-Zahra dilakukan setiap akhir pekan.
"Baim itu dari kecil dari TK-nya di sini kemudian dia lanjut ke rumah quran-nya untuk tahfidz, sekitar
tiga atau empat tahunan kira-kira," tuturnya.
"Memang kegiatan kita Sabtu dan Ahad, untuk Senin sampai Jumatnya Baim sekolah di tempat lain di sekokah
formal," terang Umar.(*)
(TribunnewsBogor.com/Tribun Jakarta)