Apartement, Rumah, Bisnis, Keuangan, cheap small business phone service, online phone service for business, business phone service, internet phone service for business, business internet service, small business phone service providers, internet phone service for small business, small business phone service, small business internet, business to business service companies
Showing posts with label Tokoh. Show all posts
Showing posts with label Tokoh. Show all posts
thumbnail

Doa Khabib ke Ayahnya: Semoga Allah Memberimu Surga

Doa Khabib ke Ayahnya: Semoga Allah Memberimu Surga

Doa Khabib ke Ayahnya: Semoga Allah Memberimu Surga


Bukan foto memegang sabuk juara atau berselebrasi, Khabib Nurmagomedov mem-posting foto mendiang sang ayah setelah menang di UFC. Seraya berdoa, untuknya.

UFC 254 Khabib Nurmagomedov vs Justin Gaethje berlangsung pada Minggu, 25 Oktober dini hari WIB di Fight Island, Abu Dhabi. Khabib ‘The Eagle’ pemegang sabuk juara kelas ringan bakal coba mempertahankan titel itu dari Justin ‘The Highlight’ selaku juara interm kelas ringannya.


Ronde pertama, Khabib Nurmagomedov meladeni pertarungan atas Justin Gaethje. Tapi di ronde kedua, Khabib mampu menekan Justin dan memberinya triangle choke.

Leher petarung asal AS terkunci, dirinya menyerah. Khabib kembali menang dan menyempurnakan rekornya 29-0!

Begitu duel tuntas, Khabib Nurmagomedov bersimpuh. Air matanya tumpah, mengingat mendiang sang ayah, Abdulmanap Nurmagomedov.

Abdulmanap meninggal dunia dunia pada usia 57 tahun di suatu rumah sakit di Moskow, Rusia. Abdulmanap diketahui menderita penyakit jantung yang tak kunjung sembuh.

Bagi Khabib, ayahnya berperan besar dalam kariernya di dunia tarung bebas. Pun berkali-kali ketika Khabib memenangi duel, dia selalu mengucapkan terima kasih kepada ayahnya.

Pelatih Khabib Nurmagomedov, Javier Mendez suatu waktu pernah menceritakan pengalaman dirinya saat bertemu mendiang Abdulmanap. Baginya, Khabib sekarang ini adalah cerminan Abdulmanap di masa muda.

“Khabib yang tenang, baik, dan begitu rendah hati adalah cerminan ayahnya di waktu dulu. Ayahnya membuat Khabib seperti sekarang ini, seorang pria sesungguhnya yang mencintai dan menjaga keluarganya, agamanya, dan negaranya,” papar Javier seperti dilansir ESPN.

“Abdulmanap juga yang membentuk Khabib menjadi petarung yang tangguh. Dari kecil, Khabib diajari betul soal kedisiplinan dan kerja keras,” lanjutnya.

Pun begitu pertandingan kontra Justin Gaethje tuntas, Khabib Nurmagomedov mem-posting foto dirinya bersama mendiang sang ayah di Instagram pribadinya.

“Ketika Allah bersamamu, tidak akan ada yang bisa mengalahkanmu. Terima kasih ayah atas segalanya, kamu mengajarkanku segalanya tentang hidup ini. Semoga Allah memberimu surga tertinggi,” tulis caption-nya.

Khabib Nurmagomedov sudah menutup karier di UFC. Dia menutupnya dengan manis sebagai juara kelas ringan yang tak pernah terkalahkan!

Sumber: detik.com

thumbnail

TAAT SANG ANAK TERHADAP IBUNYA - Belajar dari Khabib "the Eagle" Nurmagomedov

TAAT SANG ANAK TERHADAP IBUNYA
——————————————————-

Belajar dari Khabib "the Eagle" Nurmagomedov 

TAAT SANG ANAK TERHADAP IBUNYA - Belajar dari Khabib "the Eagle" Nurmagomedov

 




sering kita tidak sadar sudah merasa HEBAT
merasa memiliki pekerjaan,usaha dengan pendapatan yang bisa di bilang besar...
hingga sedikit merasa JUMAWA dan Lupa akan jati diri...
pernahkah diri kita bandingkan dengan “ the eagle “ Nurmagomedov ?
mungkin kita bukan siapa siapa jika di sandingkan dengannya..
ia muslim yang taat..
punya segudang popularitas
pekerjaan mapan dan menghasilkan rupiah yang bisa di bilang sangat fantastis
bhkan URUSAN KETAATAN terhadap IBU dan AYAHnya bisa di bilang ia sosok yang LUAR BIASA ..

saking taatnya ia dengan tegar memutuskan PENSIUN dari MMA ..
sebuah dunia yang selama ini membesarkannya..
dan yg sudah memberikannya sebuah kebebasan finansial ...
apakah karena ia sering kalah ?
jawabannya TIDAK
apakah karena sudah tidak laku ?
jawabannya TIDAK
ataukah karena ia bangkrut ?
dan lagi lagi jawabannya TIDAK ..

ternyta semua keputusannya bermuara di IBU dan AYAHnya ....
memulai Karir UFC karena AYAHnya
mengakhiri karir UFC karena IBU nya ...
padahal ia sedang di PUNCAK KARIR UFC ...

bukankah keputusan PENSIUN adalah sebuah keberanian yang luar biasa ?
sebuah HAL TERBERAT yang di ambil ?
Lagi2 KETAATAN yang sangat LUAR BIASA lah yang jadi alasan dr semua itu..

bahkan di pertandingan terakhir..
saat ia berhasil memenangkan pertandingan
ia sujud dan menangis terisak isak
lagi2 alasannya adalah karena tidak di temani olah ayahnya...

sahabatku...
tidak ada ruginya kita taat
tidak ada mudharatnya saat kita patuh

percayalah...
saat kita taat terhadap orang tua kita
patuh terhadap mereka
hormat kepada mereka
wallahi Allah SWT akan mempermudah segala urusan kita di dunia serta menjamin keberkahan dunia akhirat ...

salam sukses sahabat..
sayangilah orang tua kita
mintalah doa saat kita mengawali segala sesuatu..

muhasabah diri
author
ahdy



Sumber: FB Wirausaha

thumbnail

Kisah Polisi pada Peristiwa G30S/PKI, Lihat Mayat Dibuang ke Lubang Buaya Lalu Ditutup Pohon Pisang

Kisah Polisi pada Peristiwa G30S/PKI, Lihat Mayat Dibuang ke Lubang Buaya Lalu Ditutup Pohon Pisang

Kisah Polisi pada Peristiwa G30S/PKI, Lihat Mayat Dibuang ke Lubang Buaya Lalu Ditutup Pohon Pisang

Dia adalah Sukitman. Polisi yang ikut diculik pada peristiwa G30S/PKI.

Berbeda dengan para jenderal militer, Sukitman tidak dieksekusi.

Ia justru melihat para korban dibuang sumur yang kini dikenal dengan sebutan Lubang Buaya.

Setelah dibuang, ditembak, diisi sampah, sumur tersebut ditutup dengan pohon pisang.


Bahkan, Sukitman sempat bertemu dan berbicara langsung dengan para penculik para jenderal militer.

Berikut ini kisah saksi hidup peristiwa G30S/PKI.

Melansir dari Intisari edisi September 1992, saat itu Sukitman tengah berjaga di Seksi Vm Kebayoran Baru (sekarang Kores 704) yang berlokasi di Wisma AURI di Jalan Iskandarsyah, Jakarta.

Jam menunjukkan pukul 03.00, Sukitman yang waktu itu berpangkat Agen Polisi Dua tengah melaksanakan tugas bersama rekannya yang berpangkat sama, Sutarso.

Sukitman mengatakan saat itu ia mendengar bunyi rentetan tembakan yang asalnya tidak jauh dari posnya.

"Waktu itu polisi naik sepeda. Sedangkan untuk melakukan patroli, kadang-kadang kami cukup dengan berjalan kaki saja, karena radius yang harus dikuasai adalah sekitar 200 meter," katanya.

Sukitman bergegas mengendarai sepedanya dengan cara melawan arah.

Operasi penumpasan anggota PKI oleh TNI AD (Istimewa/intisari)
Sementara rekannya tetap berjaga.

Sukitman tak menduga suara tembakan itu adalah awal dari penculikan para jenderal.

Ia mengira telah terjadi perampokan.

Setelah mencari sumber suara, Sukitman menyadari tembakan itu berasal dari rumah Jenderal DI Panjaitan.

Menurutnya, rumah tersebut sudah dikepung oleh pasukan.

Sukitman tidak mengetahui apa yang sedang terjadi, tiba-tiba saja seorang tentara berseragam loreng berbaret merah berusaha menghentikannya.

"Turun! Lempar senjata dan angkat tangan!"

Sukitman yang saat itu masih berusia 22 tahun mengaku kaget dan lemas.

Ia langsung menyuruti apa yang diperintahkan.

Kemudian, Sukitman diseret. Tangannya terikat dan matanya tertutup.

Ia dilemparkan ke dalam truk. Menurutnya, ia ditempatkan di samping sopir.

Walapun dalam keadaan mata tertutup, Sukitman menajamkan instingnya.

Ia ingin tahu kemana pasukan itu membawanya pergi.

Namun, ia mulai kehilangan orientasi setelah mobil berbelok kanan dari arah Cawang.

"Pokoknya, saya pasrah kepada Tuhan sambil berdoa," katanya.

Kendaraan yang ditumpangi Sukitman berhenti.

Ia diturunkan dan tutup matanya dibuka.

Sukitman belum terbiasa dengan keadaan yang serba terang benderang.

Ia mendengar seseorang mengatakan ada yang sudah mati.

Sukitman (Kolase Tribun Jabar/Intisari/Tribunjogja)

"Yani wis dipateni," ucapan itulah yang didengar Sukitman.

Setelah tentara yang menyandera Sukitman tahu bahwa ia adalah polisi, Sukitman dibawa ke sebuah tenda.

Di tenda itu, tentara tersebut melapor kepada atasannya, "Pengawal Jenderal Panjaitan ditawan."

Sukitman melihat ada orang bersimbah darah dalam posisi telentang.

Ada juga yang duduk di kursi dalam kondisi sama seperti orang telentang.

Kemudian, Sukitman ditawan di depan rumah.

Hari semakin terang, Sukitman melihat dengan jelas sekelompok orang mengerumuni sumur yang jaraknya 10 meter dari tempatnya disandera.

"Ganyang kabir, ganyang kabir!," teriak orang yang berkerumun itu.

Tubuh manusia dilemparkan ke dalam sumur yang kemudian dihujani peluru.

Sukitman sempat melihat seorang tawanan dalam keadaan masih hidup dengan pangkat bintang dua di pundaknya, mampir sejenak di tempatnya disandera.

"Setelah tutup matanya dibuka dan ikatannya dibebaskan, di bawah todongan senjata, sandera itu dipaksa untuk menandatangani sesuatu. Tapi kelihatannya ia menolak dan memberontak. Orang itu diikat kembali, matanya ditutup lagi, dan diseret dan langsung dilemparkan ke dalam sumur yang dikelilingi manusia haus darah itu dalam posisi kepala di bawah," kenangnya.


Setelah aksi kejam itu berhenti, sumur tersebut diisi sampah dan ditancapkan pohon pisang.

Orang yang menyandera Sukitman merasa ia bukanlah musuh.

Ia dipanggil untuk menghadap Lettu Dul Arief yang menanyakan di mana senjata Sukitman.

Akhirnya Sukitman menjelaskan apa yang terjadi sebelum diseret ke tempat tersebut.

Senjata Sukitman berhasil ditemukan walaupun dalam keadaan patah.

Sukitman dibawa ke Gedung Penas (daerah Bypass, sekarang Jalan Jenderal A Yani).

Hari berganti malam, Sukitman yang masih dalam pengawasan malah diajak membawa nasi.

"Ke mana?," tanya Sukitman.

"Ke lubang Buaya, tempat para jenderal dibunuh," jawab Kopral Iskak, orang yang mengajaknya tersebut.

"Pada waktu itulah saya baru tahu bahwa yang dikatakan 'Ganyang kabir, ganyang kabir!' itu para jenderal," ungkap Sukitman.

Jalan yang diambil melewati Cililitan, Kramat Jati, Pasar Hek bukan sesuatu yang asing bagi Sukitman, karena dulu ia pernah mengikuti latihan di daerah itu.

Selesai mengambil nasi, mereka segera kembali ke Gedung Penas untuk membagikan nasi kepada pasukan.

Merasa lelah, Sukitman akhirnya tertidur.

Hari telah berganti, namun peluang bagi Sukitman untuk melarikan diri sangatlah kecil.

Kira-kira pukul 14.00 WIB, Sukitman merasa kepalanya pusing.

Ia memutuskan masuk ke kolong truk untuk berbaring.

Sukitman menggunakan helm untuk mengganjal kepala, senjatanya yang patah ia letakan di dekatnya.

Kepalanya yang pusing diikat dengan scraf yang sebelumnya digunakan oleh pasukan yang menyanderanya.

Saat Sukitman tertidur ia mendengar bunyi tembakan dari berbagai arah.

"Meskipun saya mendengar bunyi tembakan gencar, entah mengapa mata saya tidak mau diajak kompromi untuk melek," katanya.

Ketika terbangun sore hari sekitar pukul 16.00 WIB, Sukitman tidak bisa menemukan pasukan yang sebelumnya berjumlah banyak.

Ia hanya sendirian di tempat tersebut padahal truk masih berjejer.

Setelah itu, ia bertemu dengan pasukan yang tengah mencari jejak anggota yang terlibat G30S/PKI.

Sukitman dibawa ke markas Cakrabirawa.

Setelah bertemu dengan sejumlah orang, ia akhirnya dibawa ke jalan Merdeka untuk menghadap Panglima Kostrad Mayjen Soeharto. (tribunnews.com)

Copyright © News and Design. All rights reserved.